Judul: Kehidupan Abadi Henrietta Lacks
Judul Asli: The Immortal Life of Henrietta Lacks
Penulis: Rebecca Skloot
Penerjemah: Zia Anshor
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2011
Tebal: 385 hlm
Selintas, ketika kita melihat cover buku dengan judul tersebut, mungkin kita akan berpikir kalau isi bukunya adalah karangan fiksi tentang usaha manusia yang ingin hidup abadi selama-lamanya. Seperti halnya banyka film tentang tema keabadian manusia yang diangkat. Dengan proses ritual yang aneh dan penuh magis, tokoh melakukan segala sesuatu demi terhindar dari fana nya kehidupan. Dan ternyata lain dari perkiraan, karena buku yang ditulis oleh seorang jurnalis science—Rebecca Skloot menceritakan perjalanannya dalam mencari asal muasal sel Hela selama 10 tahun. Seperti halnya saya, mungkin banyak yang belum tahu tentang sel itu, yang ternyata sangat berperan penting dalam penemuan-penemuan dalam dunia kesehatan.
Ketika kita periksa ke rumah sakit atau dokter mungin jarang sekali yang bisa berdialog aktif dengan dokternya. Atau minimal bertanya obat A untuk apa, obat B untuk apa, atau ketika kita dirawat di rongten jarang pasien yang akan bertanya apakah alat itu tidak bahaya bagi tubuh dirinya, atau barangkali ketika kia disuntik jarang yang bertanya jenis suntikannya apa, dan mungkin ketika salah satu anggota tubuh kita ada yang di ambil, apakah ada yang bertanya akan dikembalikan atau untuk apa bagian tubuh kita nanti?
Atau, ketika kita masih balita hampir semuanya pernah dikasih vaksin polio di Posyandu. Dan pernahkah kita bertanya untuk apa sih kita harus di vaksin atau mungkin bertanya dari mana sih obat-obat itu ditemukan? Saya yakin jarang. Karena pada umunya kita hanya mempercayai penuh pada petugas kesehatan.Begitu juga dengan tokoh yang ada diceritakan Rebecca dalam novelnya ini. Henreitta Lacks—seorang gadis budak yang berkulit hitam yang menderita kanker. Dan sel Hela adalah nama sel dari 2 huruf masing-masing nama Henrietta Lacks—diambil dari jaringan sel kanker yang ada di dalam tubuhnya.
Pada awalnya tidak ada yang tahu asal muasal nama itu, seperti halnya penulis yang penasaran dan ingin menyelidiki lebih dalam. Proses perjalanan itulah yang akhirnya ditulis dalam jangka waktu yang sangat lama yaitu 10 tahun. Begitu susahnya narasumber yang mau menceritakan kejadian yang sebenarnya tergambar jelas dengan banyaknya konflik yang Rebecca tuliskan.
Rupanya kehidupan Henreitta Lacks begitu malang, ketika ia menjadi pasien di rumah sakit karena menderita kanker, jaringan kanker yang ada di tubuhnya digunakan sebagai objek penelitian tanpa sepengetahuan henreitta dan keluarganya bahkan dirinya menjadi bahan percobaan para dokter waktu itu.
Sel HeLa merupakan sel manusia pertama yang bisa dikembangbiakkan di luar tubuh manusia.. sel HeLa berbeda dengn sel-sel manusia sebelumnya yg coba dibiakkan di dalam laboratorium namun tak kunjung berhasil. Sel HeLa terus berbiak tanpa henti, bahkan konon hingga sekarang. Sel HeLa sejak dibiakkan pertama kali di tahun 1950an, sudah berkembang lebih dari trliyunan kali, dan tersebar di seluruh penjuru dunia, ada di lab-lab riset dimana-mana. Sel HeLa jadi solusi untuk ujicoba & pengamatan berbagai penyakit/obat-obatan/kosmetik,dll.. solusi menguji pada tingkat sel manusia, sebelum menguji pada tingkat manusia. Sel Hela memungkinkan penemuan vaksin polio, kemoterapi, obat untuk herpes, leukimia, influenza, hemofilia, Parkinson. Bahkan sel HeLa pernah diledakkan dalam bom nuklir untuk mengetahui efek nuklir pada sel manusia, pernah dikirim ke luar angkasa untuk mengetahui efek sel manusia pada gravitasi tertentu.
Namun kesuksesan hasil dari sel yang ada diambil dari dirinya berbanding terbalik dengan derita yang dia alami dan keluarganya. Bahkan keluarga Lacks tidak mendapat kemudahan terhadap akses pelayanan kesehatan, padahal lewat sel HeLa bidang kesehatan berkembang pesat & jutaan nyawa mungkin terselamatkan. Keluarga Lacks dengan background pendidikan dasar seadanya dan otomatis tidak banyak mengerti tentang sains, mulai terusik saat jurnalis mulai tahu nama dibalik sel HeLa. Keluarga Lacks mengalami shock karena sel Henrietta masih “hidup” dan diperjualbelikan.
Ditengah rasa shock, marah, muak akan pertanyaan-pertanyaan jurnalis namun tidak bisa menjawab keingintahuan keluarga Lacks tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Henrietta & sel-selnya yang masih “hidup” & pertanyaan kenapa nasib sel HeLa tidak membuat keluarga merasakan manfaatnya, disanalah Rebecca Skloot memulai mencari informasi untuk bukunya.
Kesulitan untuk mendapat kepercayaan dari keluarga Lacks pada awalnya, menjadi tantangan tersendiri bagi Rebecca Skloot, dan diceritakan bak novel dalam buku ini. pun termasuk kehidupan keluarga Lacks pasca kematian Henrietta, pencarian akan memori tentang Henrietta dari anak-anaknya yang masih kecil saat Henrietta meninggal, dan terutama pencarian akan diapakan saja sel HeLa, semua disajikan di buku ini begitu mengalir, menyentuh, penuh kutipan dialog disana-sini bak novel fiksi. Tak lupa Skloot pun menyajikan diskusi dan perdebatan dikalangan medis, ahli hukum, dan lain sebagainya tentang pertanyaan-pertanyaan yang tertera di bagian awal tulisan ini.
Apa yang menimpa Henrietta & keluarganya bisa jadi sudah atau akan menimpa kita dalam kadar & bentuk yang berbeda, selama pertanyaan-pertanyaan di pembuka tulisan ini belum terjawab dengan tuntas hingga sekarang. Henrietta Lacks, sudah melebur menjadi “kita” “saya” dalam pertanyaan di atas dan itu berarti Henrietta bisa jadi satu diantara kita semua.